Tampilkan postingan dengan label sejarah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sejarah. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 23 September 2017

Ciri ciri Pithecanthropus

Manusia Purba Jenis Pithecanthropus Manusia purba Jenis ini paling banyak ditemukan fosilnya. Badannya tegap, tulang tengkoraknya besar, bentuk kepalanya lonjong mirip simpanse dan telah memakan segalanya. Mereka hidup antara 21/4-1 1/2 juta tahun yang lalu. Fosilnya ditemukan di Mojokerto, Kedungbribus, Trinil, Sangiran, Sambung macan (Sragen), dan Ngandong. Pithecanthropus (manusia kera) ternyata ada beberapa jenis.

Jenis Jenis Pithecanthropus
  • Pithecanthropus Mojokertensis. Pada tahun 1936, Tjokrohandoyo yang bekerja di bawah pimpinan jago purbakala Duyfjes menemukan fosil tengkorak bawah umur di Kepuh Klagen sebelah utara Perning (Mojokerto). Fosil tersebut ditemukan pada lapisan Pucangan (Pleistosen bawah) dan dinamakan Pithecanthropus Mojokertensis. Manusia purba ini tergolong jenis Pithecanthropus yang paling tua. Jenis Pithecanthropus mempunyai ciri-ciri antara lain sebagai berikut. 1) Badan tegap, tetapi tidak mirip Meghanthropus. 2) Tinggi badannya 165-180 cm. 3) Tulang rahang dan geraham berpengaruh serta bab kening menonjol. 4) Tidak mempunyai dagu. 5) Volume otak belum tepat mirip jenis homo, adalah 750 -1.300 cc. 6) Tulang atap tengkorak tebal dan berbentuk lonjong. 7) Alat pengunyah dan otot tengkuk sudah mengecil. 
  • Pithecanthropus Erectus. Pada tahun 1890, spesialis purbakala Belanda Eugene Dubois menemukan fosil insan purba di desa Trinil (Ngawi), Jawa Timur. Daerah tersebut terletak di Lembah Sungai Bengawan Solo. Hasil temuan tersebut setelah diteliti dan direkonstruksi ternyata berbentuk kerangka ibarat simpanse sehingga dinamakan Pithecanthropus Erectus yang berarti insan simpanse berjalan tegak. Berdasarkan penelitian pada temuan fosil yang ada, disimpulkan bahwa Pithecanthropus Erectus mempunyai ciri-ciri, antara lain sebagai berikut. 1) Berbadan tegap dengan alat pengunyah yang kuat. 2) Tinggi tubuh berkisar 167 -170 cm dengan berat tubuh 100 kg. 3) Berjalan tegak. 4) Makanannya masih garang dengan sedikit pengolahan. 5) Hidupnya diperkirakan satu juta tahun yang lalu.
  • Pithecanthropus Soloensis. Ditemukan oleh Sartono di Sambung macan dan Sangiran di kawasan pemikiran Bengawan Solo. Mereka hidup antara 900.000 - 200.000 tahun yang lalu. Selain di Jawa, Pithecanthropus diduga juga hidup di Sumatra, Kalimantan, dan Cina.

Ciri ciri Pithecanthropus 
Pada tahun 1936, Tjokrohandoyo yang bekerja dibawah jago purbakala Duyfjes menemukan fosil tengkorak bawah umur di Kepuhklagen sebelah utara Perning Mojokerto. Fosil tersebut ditemukan pada lapisan pucangan (pleistosen bawah) dan dinamakan Pithecanthropus Mojokertensis. Manusia purba ini tergolong jenis Pithecanthropus paling tua.
Manusia purba Pithecanthropus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
  • Badan tegap, tetapi tidak mirip Meganthropus;
  • Tinggi tubuh antara 165 cm – 180 cm;
  • Tulang rahang dan geraham berpengaruh serta bab kening menonjol;
  • Wajah tidak mempunyai dagu;
  • Volume otak belum ssempurna, adalah 750-1.300 cc;
  • Tulang atap tengkorak tebal dan berbentuk lonjong;
  • Alat pengunyah dan otot tengkorak mengecil;
  • Hidup diperkirakan 1 – 25 juta tahun yang lalu;
  • Makanan masih garang dengan sedikit pengolahan

Sumber http://www.katailmu.com

RPP Kurikulum 2013 Revisi 2017 Kelas X Peminatan SMA / MA

RPP Kurikulum 2013 Revisi 2017 Kelas X Peminatan SMA / MA - Sahabat Sekalian, pada kesempatan kali ini akan share artikel mengenai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau RPP yang sesuai dengan Kurikulum 2013 Versi Revisi Pemen 59 Tahun 2014. Yup Pada tahun pelajaran gres 2017 – 2018, seluruh sekolah tanpa terkecuali sudah menerapkan kurikulum gres atau kurikulum 2013, dimana dalam kurikulum 2013 ini ada 5 M, mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasi. Berikut ini RPP Kurikulum 2013 untuk Jenjang Pendidikan SMA / MA Kelas X Mata pelajaran Sejarah Peminatan atau untuk Peminatan Ilmu Ilmu Sosial (IIS) tahun pelajaran 2017 – 2018.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
  • Satuan Pendidikan: SMA Negeri 1 RPPLengkap.Com
  • Kelas/ Semester: X/ Ganjil
  • Mata pelajaran: Sejarah Peminatan
  • Materi Pokok: Manusia dan Sejarah
  • Pertemuan ke-: 1 dan 2
  • Alokasi Waktu: 6 x 45 menit
A.Kompetensi Inti :
  1. Menghayati dan mengamalkan  aliran agama yang dianutnya
  2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bab dari solusi atas banyak sekali permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
  3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
  4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak  terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan bisa menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
B.Kompetensi dasar
  • 1.1Menghayati proses kelahiran insan Indonesia dengan rasa bersyukur
  • 1.2Menghayati keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan aliran agamanya.
  • 2.1Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap banyak sekali hasil budaya zaman praaksara, Hindu-Buddha dan Islam.
  • 2.2Meneladani sikap dan tindakan cinta damai, responsif dan pro aktif yang ditunjukkan oleh tokoh sejarah dalam mengatasi persoalan sosial dan lingkungannya
  • 2.3Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah
  • 3.1Menganalisis keterkaitan konsep insan hidup dalam ruang dan waktu
  • 3.2Menganalisis konsep insan hidup dalam perubahan dan keberlanjutan
  • 3.3Menganalisis keterkaitan peristiwa sejarah wacana insan di masa lalu untuk kehidupan masa kini
  • 4.1Menyajikan hasil kajian wacana konsep insan hidup dalam ruang dan waktu, dalam banyak sekali bentuk komunikasi.
  • 4.2Menyajikan hasil telaah wacana konsep bahwa insan hidup dalam perubahan dan keberlanjutan, dalam banyak sekali bentuk komunikasi.
  • 4.3Membuat goresan pena wacana hasil kajian mengenai keterkaitan kehidupan masa lalu untuk kehidupan masa kini.
C.Indikator Pencapaian Kompetensi
  • 3.1.1Menganalisis pengertian sejarah
  • 3.1.2Menganalisis pengeMenjelaskan kekerabatan tiga dimensi sejarah masa lalu, masa sekarang, masa yang akan dating
  • 3.1.3Menyajikan hasil analisis dalam bentuk goresan pena wacana konsep insan hidup dalam ruang dan waktu, dalam banyak sekali bentuk komunikasi
  • 3.1.4Menganalisis tujuan dan manfaat sejarah
D. Tujuan Pembelajaran
  1. Menganalisis pengertian sejarah
  2. Menganalisis pengeMenjelaskan kekerabatan tiga dimensi sejarah masa lalu, masa sekarang, masa yang akan datang
  3. Menyajikan hasil analisis dalam bentuk goresan pena wacana konsep insan hidup dalam ruang dan waktu, dalam banyak sekali bentuk komunikasi
  4. Menganalisis tujuan dan manfaat sejarah
E. Materi Ajar
  • Manusia hidup dan berkreativitas dalam ruang dan waktu
  • Manusia hidup dalam perubahan dan keberlanjutan
F. Metode
  1. Pendekatan : Scientifict learning
  2. Strategi/model: cooperative learning/problem based learning
  3. Metode: Diskusi kelompok, group investigation, ceramah, penugasan
 G.Kegiatan Pembelajaran

No Kegiatan Deskripsi Alokasi Waktu
1 Pendahuluan Memberi Salam
Guru memeriksa kesiapan daerah pembelajaran (kebersihan dan kenyamanan) serta mengecek presensi siswa
Mempersilakan salah satu penerima didik memimpin doa ( Jika jam pertama)
Absensi siswa
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang harus dikuasai penerima didik melalui power point
15 Menit
2 Inti
•Mengamati,
Peserta didik mengamati materi insan dan sejarah dibuku teks
•Menanya,
untuk menerima klarifikasi  dan pendalaman pemahaman wacana insan dan sejarah, penerima didik bertanya melalui diskusi di kelas
•Mengeksplorasi,
mengumpulkan isu dan dan data terkait dengan pertanyaan mengenai insan dan sejarah dari sumber tertulis atau internet serta sumber lainnya dengan pertanyaan yang diajukan
•Mengasosiasi,
menganalisis isu dan data yang didapat mengenai materi insan dan sejarah
•Mengkomunikasi,
  1. membuat hasil penelaahan dalam bentuk goresan pena    Mengenai insan dan sejarah
  2. Laporan hasil kerja kelompok dengan cara guru    menunjuk secara acak untuk melaporkan hasil diskusi    kelompok, hingga semua persoalan selesai dibahas
  3. Siswa yang lain menanggapi
100 Menit
3 Penutup
Peserta didik diberikan ulasan singkat wacana acara pembelajaran dan hasil belajarnya
Peserta didik dimotivasi untuk menanyakan yang belum jelas.
Peserta didik diberikan pertanyaan secara lisan. 
Peserta didik membuat kesimpulan materi yang gres dibahas
Guru memperlihatkan isu wacana materi yang akan dibahas ahad depan dan mengingatkan penerima didik untuk mempelajari materi dulu dirumah sebagai tugas
Guru  mengakhiri pelajaran dengan salam.
15 Menit
G. Alat dan Sumber Belajar 
1. Buku sumber Sejarah SMA Klas X
  • Modul Mata Pelajaran Sejarah Peminatan Dirjen Kebudayaan Kemendikbud 2013
  • Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2013. Sejarah Indonesia, Jakarta: Kemendikbud
  • Ratna Hapsari & M.Adil, 2013, Sejarah, Jakarta: Penerbit Erlangga
2. Media Pembelajaran
Kartu pertanyaan
H. Penilaian Proses dan Hasil Belajar
1.Teknik : Tes dan Non tes
2.Bentuk : Uraian dan tugas
3.Instrumen (Tes dan Non tes)
a.Tes uraian:
Anda Ingin RPP Lengkap Sejarah Peminatan Kelas X Tingkat SMA / MA ??? (Semester Ganjil dan Semester Genap Tahun 2017 – 2018) Silahkan Pesan RPP Lengkap Kami, cara pemesanannya kunjungi:

Demikianlah artikel mengenai RPP Kurikulum 2013 Sejarah Peminatan Kelas X  IIS Tahun 2017 - 2018 agar artikel ini dapat memebrikan isu yang bermanfaat bagi kita semua.[ki]

Sumber http://www.katailmu.com

Sejarah Gerakan Wanita Indonesia

Sejarah Gerakan Wanita Indonesia - Gerwani dan Perjuangan Lewat Pena Pembibitan jurnalis perempuan sejatinya sudah jauh dirintis Tirto Adhi Surjo lewat Poetri Hindia. Suratkabar ini terbit pertama pada 1 Juli 1908. Tertulis di bawah nama koran, "SOERAT KABAR DAN ADVERTENTIE BOEAT POETRI HINDIA". Sebenarnya, ruang bagi wanita pribumi pada suratkabar berbahasa Melayu sudah muncul pada koran Soenda Berita (terbit pertama pada Februari 1903). Di Soenda Berita Tirto menuliskan pemikirannya yang diberi judul "Pengajaran Buat Perempuan Bumiputera" (lihat, Soenda Berita, Th. II No. 20, 1904). Namun Poetri Hindia jauh lebih leluasa menyoal perempuan dengan jumlah halaman lebih banyak.
Poetri Hindia bukan saja tempat berguru mengelola suratkabar, ia juga ajang perempuan berguru menulis. Salah satunya Siti Soendari, yang nantinya menjadi punggawa suratkabar Wanita Swara. Siti Soendari yaitu adalah satu di antara perempuan yang pada masanya punya ketajaman pena, cerdas, dan berani. Malahan ia berulangkali berurusan dengan polisi belakang layar Belanda. Siti Soendari yaitu wanita yang dicitrakan radikal, tak segan membela dan turun eksklusif ke akar rumput membela kaum buruh. Keradikalannya dan ideologi yang dianut semakin tampak ketika bergabung dengan Marco Kartodikromo di Doenia Bergerak. Siti Soendari yaitu titik semai perempuan pribumi yang memadupadankan sosialis dan feminisme.

Setelah Poetri Hindia gulung tikar, muncullah Soenting Melajoe dari tanah Minang yang dipunggawai oleh Rohana Kudus. Pada tahun terbitnya Soenting Melajoe, di Jawa (Brebes) terbit juga suratkabar berjulukan Wanita Swara, yang memperkenalkan nama Siti Soendari.
Wanita Swara yaitu sebuah suratkabar yang diterbitkan oleh perkumpulan Boedi Oetomo cabang Pacitan. Soendari hanya menyebut demikian, dan tak diketahui pasti apakah organ pers Boedi Oetomo atau sayap wanita Boedi Oetomo cabang Pacitan. Jika memang diterbitkan oleh sayap wanita, berarti Wanita Swara yaitu suratkabar perempuan awal yang dijadikan sebagai organ atau corongnya organisasi perempuan meski hanya sayap wanita dari sebuah organisasi. Dari sinilah bermunculan suratkabar atau majalah perempuan yang notabene yaitu organ dari organisasi perempuan. Tradisi ?pers? sebagai corong organisasi hingga kini pun terus bertahan.
Di tahun-tahun gelap sesudah penjajahan Jepang, yang waktu itu hanya membolehkan eksistensi satu organisasi perempuan Fujinkai, muncullah Gerwis yang tergolong organisasi wanita radikal. Keradikalan Gerwis tak lepas dari pengaruh tokoh-tokohnya, yakni S.K. Trimurti, Salawati Daud, Sujinah, Sulami dan Sri Panggihan, yang memang telah kenyang merasai asam manis perjuangan. Selain itu terdapat nama Moenasiah, pencetus perempuan PKI dan Sarekat Islam "merah" bab perempuan awal tahun 1920-an. Ia juga menjadi dedengkot "Aksi Caping Keropak" atau demonstrasi buruh perempuan menuntut perbaikan nasib. Corong organisasi yang radikal ini yaitu majalah "Wanita Sedar". Seiring dengan perubahan nama organ Gerwis menjadi Gerwani pelahan "Wanita Sedar" harus menemui ajalnya. Melalui Api Kartini plus Harian Rakjat itulah Gerwani menyatakan dirinya keluar.
Selain Api Kartini Gerwani juga menerbitkan Berita Gerwani. Keduanya beda segmen pembaca sesuai pembagian terstruktur mengenai perempuan ala Gerwani, yakni perempuan yang telah "sadar" dan perempuan lapisan menengah ke bawah yang sedang tumbuh menuju "sadar". Api Kartini ditujukan bagi pembaca lapisan tengah yang sedang tumbuh.
Berita Gerwani yaitu majalah intern organisasi, sehingga lebih banyak berisi aktivitas organisasi, dan kunjungan-kunjungan ke organisasi perempuan di negeri-negeri sosialis. Isi Berita Gerwani jauh lebih radikal, guna mendukung kinerja kader organisasi. Hanya saja usia Berita Gerwani tak panjang, lantaran duduk perkara ekonomi.
Api Kartini masih lumayan, bernafas lebih panjang daripada Berita Gerwani. Ada banyak rubrik yang disediakan untuk kaum menengah yang sedang tumbuh , misalnya rubrik semacam mode, pengasuhan anak, Busana, Tokoh, Sruk (puisi), Arena Remaja, Masakan, Rawat Muka dan Rambut, Bacaan Anak-Anak Kita, dan Ruangan Pendidikan. Dengan aneka rubrik itu, Gerwani ingin mencitrakan bahwa ia peduli juga dengan persoalan-persoalan perempuan tradisional.
Politik keredaksian yang dianuti Api Kartini jelas, yakni keberpihakan terhadap duduk perkara perempuan akar rumput termasuk buruh tani dan buruh industri. Ada info Seminar Wanita Tani yang diadakan Gerwani pada 20 Januari 1961 di Gedung Wanita, Jakarta, dan info serupa juga diwartakan di lembar Harian Rakjat.
Yang membedakan Api Kartini dengan majalah perempuan lain selain duduk perkara ideologi dibalik pengelola majalah yaitu sebagaimana yang ia rumuskan sendiri dan pernah termuat dalam Api Kartini:
"Ada majalah wanita yang hanya berupa hiburan, ada pula majalah yang lahirnya dibuat sangat menarik tapi isinya mencegah kaum wanita menjadi sadar akan keadaan yang tidak adil. Tetapi sebagaimana tumbuhnya gerakan wanita yang progresif, pesat juga perkembangan Pers Wanita yang demokratis. Tidak saja berisi hiburan, tetapi juga berbicara ke hati mereka (perempuan), mendidik mereka, meninggikan kesadaran?untuk berjuang hingga harapan mereka tercapai."
Sedangkan PKI menunjukkan akomodasi kepada Gerwani space khusus "Ruangan Wanita" di koran Harian Rakjat. ?Ruangaan Wanita? hadir setiap hari rabu, mengisi setengah halaman III Harian Rakjat. Lewat Harian Rakjat teman-teman satu ideologi ibarat Gerwani, Lekra, BTI, SOBSI dan PKI saling dukung satu sama lain dalam banyak sekali kegiatan. Misalnya dikala Gerwani mengadakan seminar wanita tani, Lekra turut serta menunjukkan materi pada seminar tersebut, BTI memberi sambutannya. Tak lupa ketua CC PKI D.N. Aidit turut serta memberi dukungan dalam pidatonya:
"Kaum wanita tani yaitu tenaga produktif jang sangat penting. Oleh alasannya yaitu itu, untuk melaksanakan ?landreform? para wanita harus ambil bab jang se-aktif2nja. Tanpa kaum wanita tani ambil bagian, dan bab yang aktif, "landreform" tidak mungkin terlaksana. Djuga pelaksanaan Undang2 Bagi Hasil tidak mungkin baik selama kaum wanita tani tidak ambil peran aktif. Pendeknja tiap2 kemadjuan di desa, walaupun bagaimana ketjilnja harus dengan ikut serta setjara aktif kaum wanita tani. " (Harian Rakjat, 21 Januari 1961).
Nj. Umi Sardjono ketua DPP Gerwani mengatakan bahwa Harian Rakjat yaitu suratkabar yang membela emansipasi wanita:
"Harian Rakjat sebagai organisator dan agistor kolektif partai dan massa Rakjat, telah memainkan peranan penting dalam membangkitkan, memobilisasi dan mengorganisasi massa Rakjat, chusunja massa wanita setjara luas kepada perdjuangan melawan imperialisme, feodalisme....." (Harian Rakjat, 30 Januari 1965).
Nj. Umi Sardjono nampaknya sadar betul peran Harian Rakjat salah satu koran politik terbesar dalam memfasilitasi Gerwani:
"...dalam perdjuangan Gerwani "HR" telah menunjukkan derma jang berharga sekali dalam banyak sekali lapangan. Di samping "HR"memuat berita2 aktivitas organisasi dan aktivitas perdjuangan aksi2 wanita menuntut perbaikan nasib...."HR" djuga setjara terus menerus mengadakan ruangan rubrik chusus ruangan wanita, memuat artikel2 penting jang selalu diikuti dengan teliti oleh massa anggota terutama oleh kader2 Gerwani....."HR" telah menunjukkan dorongan timbulnja banyak sekali aktivitet di lain2 kawasan dan telah melahirkan penulis2 wanita muda di lingkungan kader2 Gerwani...." (Harian Rakjat, 30 Januari 1965).
"Ruangan Wanita" tidak hanya menjadi ajang Gerwani mewartakan organisasi dan kegiatannya. Di "ruangan wanita" juga menjadi ajang menyebarkan informasi, disuguhkan dari masalah wanita dan politik, aktivitas organisasi hingga berguru menyulam, memasak, menulis cerpen, atau mendidik anak.
Lewat pelbagai media yang tersebut di muka, Gerwani telah menyebarkan pandangan politik, tujuan-tujuan, dan kegiatan-kegiatan organisasi yang jadinya menunjukkan andil besar pada perkembangan organisasi.
Sekitar 4 Juni 1950 pada dikala di mana Rakjat Indonesia dihadapkan pada suatu kenyataan dengan telah ditandatanganinya Perjanjian KMB, yang pada hekekatya merestorasi kedudukan modal monopoli Belanda di Indonesia. Pada waktu itu organisasi wanita harus menjawab dua problem politik sesuai dengan situasi tanah air: oke atau tidak dengan perjanjian KMB. Selain itu juga apakah oke atau tidak menggabungkan diri dalam dalam Gabungan Wanita Demokratis Sedunia (GWDS) atau keluar dari keanggotaan GDWS. Saat itulah Gerwis dilahirkan. Enam organisasi perempuan, yakni Rupindo dari Semarang, Persatuan Wanita Sedar dari Surabaya, Istri Sedar dari Bandung, Gerakan Wanita Indonesia (Gerwindo) dari Kediri, Wanita Murba Madura, dan Perjuangan Putri Republik Indonesia dari Pasuruan bersepakat meleburkan diri dalam satu organisasi yang dinamai Gerwis. Jadilah tersusun pengurus besar Gerwis yang dipanglimai Tris Metty.
Gerwis didirikan atas dasar pengertian bahwa perempuan mempunyai kepentingan dalam perjuangan anti penjajahan. Karena perempuan seringkali menjadi korban paling riil, terutama menyangkut kebutuhan hidup sehari-hari keluarga. Penjajah yang dimaksud yaitu mereka yang dikategorikan sebagai kaum pemodal alias para kapitalis dan imperialis, yang sulit berdamai dengan kaum proletar.
Gerwis juga identik dengan kaum merah ataupun kaum kiri. Apalagi ada kemungkinan bahwa PKI turut andil dalam pembentukan Gerwis. Dalam Gerwis ada juga tarik menarik antara sayap feminis dengan mereka yang ingin menonjolkan pengaruh PKI dalam organisasi, sekaligus menimbulkan Gerwis bukan semata organisasi kader (terbatas) tetapi yaitu organisasi massa.
Pertarungan dua kubu makin memuncak dikala kongres I Gerwis pada 1951. Sayap feminis makin terpencil, meski PKI harus tergopoh menempatkan kadernya biar menjadi pucuk pimpinan Gerwis. Nama organisasi pun diputuskan berubah dari Gerwis menjadi Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani). Namun adanya perlawanan dari sebagian anggota Gerwis yang tidak menghendaki dominasi PKI, membuat terjadinya kompromi, bahwa untuk sementara waktu nama Gerwis tetap dipakai. Perubahan nama gres terlaksana pada 1954, ketika diadakan kongres II Gerwis. Namun demikian, sebelum 1954, nama Gerwani mulai akrab, dan dipakai di beberapa daerah.
Gerwani sendiri merefleksikan Gerwis sebagai organisasi cikal bakal yang bisa mengambil sikap dan terus berkembang: ?dari 500 orang menjadi 6000 orang pada waktu konggres ke I 1951 dan menjadi 74. 977 orang waktu konggres II Januari 1954. Ini merupakan hal yang sangat baik. Akan tetapi Gerwis juga memiliki kelemahan-kelemahannya yang serius, yaitu alasannya yaitu Gerwis dihinggapi penyakit sektarisme, sehingga kurang berkembang luas dikalangan massa wanita.
Kemudian hari Gerwani melihat penyakit sektarisme Gerwis:
"... sikap yang kurang mau kerjasama dengan ormas-ormas lain dan kurang bekerja dengan garis massa. Nama Gerwis sendiri, yaitu Gerakan Wanita Indonesia Sedar berarti membatasi keanggotaan organisasi. Yang diterima menjadi anggota organisasi hanyalah mereka wanita-wanita yang telah sadar saja, padahal berjuta-juta massa wanita banyak yang belum "sedar" dan harus ditarik dalam perjuangan. Selama itu Gerwis berkembang." (Harian Rakjat, Januari 1965).
Ini Gerwani bukan Gerwis
"Apa hak moril tuan-tuan di Barat akan mengedjek2 wanita kita?" (Harian Rakjat, 17 Januari 1965),
Demikian Njoto dalam artikelnya bertajuk "Wanita dan Marxisme; kerdja di kalangan wanita tani jang utama" yang dimuat bersambung pada Harian Rakjat. Njoto melanjutkan:
"Timur dihuni oleh pengembara2 dan orang2 liar, kata tuan, dan sebagai ilustrasi atas keliaran Timur tuan sebutkan kedudukan wanita Timur. Baik kita diskusikan soal keliaran ini. Di pentas2 ruangan2 musik di Eropa berpuluh-puluh dan beratus-ratus wanita diseluruh mempertontonkan keterlandjangannja. Tidaklah bagi tuan lajak bahwa menarik perhatian umum kepada badan wanita telandjang harus membangkitkan protes2 tertentu dari ibu2, isteri2 dan kakak2 dari kaum intelektuil Eropa?...Bagi saja, penarikan minat jang memuakkan dan vulger ini tak kematian lagi bukti atas kenjataan bahwa borjuasi Eropa melorot kedalam keliaran dan dekadensi".
Lalu bagaimana dengan Gerwani salah satu gambaran wanita Indonesia yang dibela-bela Njoto dengan kesamaan dan seperkawanan ideologi? Gerwani cepat-cepat berbenah diri, tak mau mengulang penyakit sektarisme Gerwis yang menghambat perkembangan organisasi dan untuk melaksanakan garis massa. Perubahan dilakukan, cara kerja lebih revolusioner untuk mengimbanginnya. Anggaran Dasar pun diubah. Gerwani mulai meluaskan aksi-aksi untuk pembelaaan hak-hak wanita dan bawah umur serta memperkuat aksi-aksi untuk kemerdekaan nasional dan memperkuat setiakawan internasional.
Euforia politik yang terus memanas semenjak Soekarno memutuskan korelasi dengan PBB disikapi Gerwani dengan tegas yaitu mendukung situasi perjuangan terutama dalam mensukseskan Dwikora dan mengganyang Malaysia dan mendukung sepenuhnya keluarnya RI dari PBB. Sikap PBB dianggap tidak mengindahkan perjuangan Rakyat Indonesia dengan mendudukkan Malaysia dalam Dewan Keamanan PBB dan menunjukkan bahwa PBB masih didominasi kaum imperialis, terutama imperialis AS.
"DPP Gerwani telah menjatakan sikap memprotes PBB, mendukung sepenuhnja komando presiden biar Indonesia keluar dari PBB dan menuntut biar semua perwakilan PBB maupun organisasi/lembaga2 PBB lainnja segera angkat kaki dari bumi Indonesia." (Harian Rakjat, 14 Januari 1965).
Dukungan untuk mensukseskan DWIKORA, meningkatkan perjuangan penggayangan "Malaysia" proyek neokolonialisme Inggris dan imperialis AS diujudkan faktual dengan membuka dan melatih sukarelawati untuk mempersiapkan ketahanan keamanan yang diserukan pada perayaan hari Wanita Internasional oleh DPP Gerwani:
"Basis2 Gerwani supaja segera mempersiapkan latihan2 sukarelawati, membentuk brigade2 tempur/produksi....mempertinggi kewaspadaan nasional sehingga kampung dan desa2, mengembangkan aksi2 seluruh rakjat Indonesia dalam melawan subversi dan intervensi imperialis Amerikat, jang semakin nekad berhubung dengan keluarnja Indonesia dari PBB...(Harian Rakjat, 8 Maret 1965)
Tak main-main, sekira tiga bulan kemudian tepatnya tanggal 4 Juni 1965 dilembar Harian Rakjat melangsir foto sukarelawati Gerwani di kawasan Bali yang tengah berlatih militer. Kredit title foto itu berbunyi "Sukwati Gerwani Bali mengadakan latihan-latihan kemiliteran dalam training center untuk menggajang projek "Malaysia". Gerwani memang bersegera membentuk unit-unit sukwati terkecil di basis tempat tinggal terdiri dari 10-12 orang. Dibentuk pula Sukwati tingkat cabang. Sukwati Gerwani ini yaitu salah satu bab teraktif dalam badan Gerwani.
Pembentukan sukarelawati ini sejatinya dicetuskan Gerwani bertolak dari komando PJM presiden Sukarno yang mengomandokan kepada seluruh seluruh sukarelawan Dwikora untuk membentuk unit-unit sukarelawan kecil dan kemudian mengadakan gerakan turun ke bawah (turba). Menurut Gerwani, gerakan Sukwati ini yaitu salah satu upaya mendongkrak pandangan-pandangan kolot yang menempatkan kaum wanita pada tempat yang kurang pandai untuk sebatas mengurus dapur, bawah umur dan rumah tangga:
...Sukwati sebagai panggilan revolusi telah menarik kaum wanita dari keadaan dan pandangan jang kolot dan kurang pandai tersebut, dan tampillah ke depan ibu2, wanita2, jang tidak hanja pandai menggurus rumahtangga, tetapi djuga siap sedia memikul tugas2 dalam masjarakat.?(Harian Rakjat, 8 Juli 1965)
Dengan lima azimat revolusi Indonesia (1) Nasakom, (2) Pancasila, (3) Manipol, (4) Trisakti Tavip, dan (5) Berdikari, sukwati-sukwati dan para sukarelawan kian giat mengintensifkan latihan-latihan untuk berjuang lebih keras untuk melaksanakan Dwikora, menggayang Malaysia dan imperialis AS. Inilah sekilas gambaran Sukwati Gerwani:
"Seorang Ibu jang djuga menjatakan dirinja sebagai sukwati Gerwani, sambil menggendong anaknja jang sapihan di belakang dan jang masih menjusu di depan, dan alasannya yaitu sulitnja perhubungan dengan djalan kaki menempuh djarak 17 km siap dalam appel dan menjatakan kesiapannja melaksanakan peran dan segala arahan DPP Gerwani.
"Sukwati dari kawasan Wonogiri, Prajumantoro dengan tidak bersepatu berbaris tegap2 dari djarak tidak kurang 40 km. Diorama mukanja terlukis kesanggupannja untuk mempertahankan tanahairnja dan menjelematkan revolusi dari rorongan nekolim, setan dunia, dan tudjuh setan desa, djuga siap untuk menghadapi dan terus berkonfrontasi dengan Malaysia". (Harian Rakjat,, 27 September 1965).
Sikap Gerwani ini sejatinya yaitu kompas bahwa organisasi wanita pada massanya berkembang dan tak anti dengan masalah politik bangsa. Dalam perpolitikan DPP Gerwani juga mendukung keputusan-keputusan Presiden melarang ?BPS? dan melarang untuk sementara aktivitas Partai Murba beserta ormas-ormas pendukungnya. Menurut Gerwani keputusan-keputusannya ini yaitu usaha ?untuk menjelamatkan RI dan mensukseskan Dwikora sangat sempurna dan perlu diteruskan dengan adanja retooling terhadap aparat-aparat dan lembaga-lembaga negara dari semua oknum2 .? Lalu diserukan bagi kaum wanita sendiri mengahalau ancaman imperialis dengan ? mempertinggi kewaspadaan dan memperkuat persatuan nasional revolusioner berpatokan Nasakom, untuk menghadapi aktivitas dari kombinasi 3 kekuatan jahat, yaitu kaum imperialis, kapitalis birokrat dan trotskis.
Di bidang Internasional, Gerwani senantiasa aktiv mengikuti sidang-sidang GWDS dan mengirim delegasi-delegasi ke banyak sekali negeri untuk mengumandangkan harapan wanita Indonesia dan tujuan revolusi Indonesia.Gerwani memperkuat setiakawan dengan perjuangan Rakyat Vietnam Selatan, Kongo untuk menggayang aksi imperialis AS, bertekat untuk turut serta menentang pangkalan-pangkalan gila dan memboikot film-film AS:
"DPP Gerwani dalam tilgramnja djuga menjatakan protes keras dan menuntut biar pemerintah AS menghentikan serangan dan menaati persetudjuaan Djenewa, menarik semua pasukan AS dari Vietsel. ...Selain itu djuga dinjatakan ucapan selamat dan sukses atas hasilnja Tentera Rakjat Vietnam menembak djatuhnja pesawat terbang AS!" (Harian Rakjat, 10 Februari 1965).
Untuk mengembangkan organisasi, Gerwani meluaskan sayapnya tidak hanya di Jawa, tetapi juga di pulau-pulau lainnya. Sedangkan untuk kepentingan regenerasi dimulai adanya pendidikan kader-kader wanita yang menjadi tulang punggung organisasi. Satu hal yang penting dalam usaha Gerwani ialah dengan berjuang secara gigih dalam pemilihan umum dimana Gerwani mengorganisasi lebih 30.000 pencetus untuk memenangkan daftar calon pimpinan-pimpinan dari Gerwani.
Untuk mengintensifkan gerakan dan mencetak kader-kader wanita revolusioner, berfikiran cerdas dan berkemauan keras maka sidang Pleno ke IV DPP Gerwani 15-18 Januari 1965, memutuskan untuk mendirikan Yayasan Pendidikan Wanita Revolusioner dengan nama "Sri Panggihan". Yayasan pendidikan ini yang akan mendirikan institute pendidikan sekolah-sekolah wanita revolusioner dari tingkat sentra hingga anak cabang. Sebagai mata pelajaran pokok yaitu Marxisme:
"Untuk mempersiapkan institute, Pleno menugaskan Dewan Harian untuk segera mengadakan kursus aplikasi guru biar segera dapat mentjukupi tenaga2 chusus di bidang pendidikan wanita revolusioner, Marxisme yaitu ilmu jang kompeten untuk mendjelaskan revolusi... sebelum tugas2 institut bisa dilaksanakan, maka Pusat, Daerah Tjabang hingga Anak Tjabang harus tetap mengusahakan adanja pendidikan jang bermatjam bentuknja..."
Gerwani nampaknya menyadari bahwa pendidikan yaitu salah satu senjata penting untuk menciptakan kader revolusioner, hal tersebut bisa dilihat dengan segera mereka berbenah dan merapikan dan mengintensifkan bidang pendidikan kader. Pembentukan Yayasan ?Sri Panggihan? secara resmi diumumkan pada hari Wanita Internasional 8 Maret 1965, dan bentukan cabang-cabang yayasan akan diresmikan pada peringgatan Hari Kartini 21 April 1965. Bulan Juni 1965 pada rapat umum Gerwani diumumkan pembukaan angkatan pertama pendidikan wanita revolusioner ?Sri Panggihan?. Angkatan pertama ini beranggotakan wanita-wanita dari banyak sekali kawasan untuk mengikuti pendidikan. Pendidikan ?Sri Panggihan? ini berjalan kurang lebih selama dua bulan, pada tanggal 9 September 1965 diwisudalah anggkatan pertama ?Sri Panggihan? (Harian Rakjat, 9 September 1965). Kendati demikian realisasi lulusan ?Sri Panggihan? dalam Gerwani tak terlihat faktual menggingat pada bulan yang sama pecah peristiwa September 1965.
Masalah pendidikan anak tak luput dari perhatian Gerwani, semenjak tahun 1954 mulai didirikan 24 Taman Kanak-kanak dibawah naungan "Jajasan Pendidikan". Taman Kanak-kanak yang diasuh Gerwani berlandaskan; (1) Tjinta tanah air, (2) Tjinta Ilmu Pengetahuan, (3) Tjinta kerdja dan Rakjat Pekerdja, (4) Tjinta Perdamaian dan Persahabatan antar bangsa2 dan (5) Tjinta orang renta (Harian Rakjat, 15 Juni 1965). Taman Kanak-kanak (TK) Melati ini didirikan untuk menyediakan sekolah murah bagi para buruh dan tani. Dan hingga tahun 1963 TK Melati Gerwani terus berkembang bahkan mulai dipikirkan untuk mendirikan sekolah lanjutan, serta pendidikan untuk guru-guru, maka ketika berlangsung konggres ke II dari GTKI Gerwani menaruh perhatian besar dan ikut bergabung di dalamnya dan menunjukkan prasarana meningkatkan mutu guru-guru TK dan sekolah lanjut dengan kursus dan training.
Dengan adanya usaha-usaha yang giat Gerwani mengalami perkembangan yang pesat. Hal ini bisa dilihat dari naiknya keanggotaan Gerwani, yaitu dari 74.977 orang menjadi 631.342 pada kongres ke III di Solo tahun 1957 dan menjadi 1.056.436 pada konggres ke IV 1961 di Jakarta. Cabang-cabang Gerwani mulai berkembang di seluruh kepulauan Indonesia.
Gerwani juga menyelenggarakan seminar-seminar wanita tani di kawasan dan nasional. Seminar wanita tani pertama kali diselenggarakan pada tanggal 17-20 Januari 1961, tujuannya yaitu untuk meningkatkan sumbangan kaum wanita tani dalam meningkatkan masyarakat adil makmur, melaksanakan manipol, meningkatkan taraf hidup wanita tani dan melaksanakan Undang-undang bagi hasil dan Landreform. (Lihat Harian Rakjat, 7 Januari 1961).
Menurut Hj. Umi Sardjono seminar wanita tani ini diselenggarakan dalam rangka melaksanakan kongres ke-3 Gerwani dan Sidang pleno ke-1 DPP Gerwani, yang menekankan pentingnya menyimpulkan hasil penelitian dari aktivis-aktivis Gerwani, baik sentra maupun kawasan setelah melaksanakan gerakan turun ke bawah di desa-desa. Di samping untuk menyambut ketetapan MPRS serta komando Presiden perihal pelaksanaan pembangunan pertama yang menggariskan bahwa basis-basis pembangunan yaitu landreform. (Harian Rakjat, 18 Januari 1961)
Seminar ini diikuti delegasi-delegasi dari Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimanatan Selatan, Kalimantan Timur, Manado, Djawa Timur, Djawa Tengah, Djawa Barat dan Djakarta Raja. (Lihat Harian Rakjat,17 Januari 1961)
Perlu digarisbawahi meskipun Gerwani segaris dan pendukung setia Sukarno namun tidak berarti organisasi ini tak kritis pada pemerintah, buktinya ketika pemerintah menaikkan harga-harga kebutuhan 50-150% dalam satu bulan Gerwani ikut berteriak pada kebijakan pemerintah:
"Gerwani mengusulkan biar distribusi beras bagi pegawai negeri tidak diganti dengan uang, kenaikan tarif ditindjau dan mentjegah kenaikan tarif lainnja, penjaluran 9 materi pokok kebutuhan se-hari2 diawasi dengan mengikut sertakan Rakjat jang terorganisasi dan melaksanakan ketetapan MPRS, untuk mempertinggi produksi". (Harian Rakjat, 27 Juli 1965)
Untuk memperkuat basis massa aktivitas Gerwani memang menyentuh banyak sekali aspek kehidupan politik, sosial, pendidikkan, anak, dan ekonomi secara nasional maupun internasional. Gerwani sebagai organisasi wanita revolusioner harus bernasib naas ibarat organisasi-organisasi seideologinya. Peristiwa 1 Oktober 1965 yaitu awal gemuruhnya lonceng kematian bagi siapapun dan organisasi mana pun yang sekawan atau seideologi dengan PKI. Begitu pula dengan aktivis, anggota Gerwani, bahkan simpatisannya.
Catatan ini menunjukkan bahwa dalam kurun waktu tertentu, wanita Indonesia pun memiliki keahlian memainkan penannya sendiri. Mereka pun mengikuti dan mencebur dalam perkembangan politik, ekonomi, pendidikan dan masalah-masalah sosial bangsa hingga bergerak dalam identitasnya sendiri.[ki]

Sumber http://www.katailmu.com